Bilamana Kaum Wanita Shalat Berjama’ah di Masjid ?

Oleh : Abu Al-Jauzaa

Pada Asalnya, Kaum Wanita Tidak Terlarang Melaksanakan Shalat di Masjid

Hal ini sesuai dengan keumuman ayat :

إِنّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللّهِ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الاَخِرِ وَأَقَامَ الصّلاَةَ وَآتَىَ الزّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلاّ اللّهَ فَعَسَىَ أُوْلَـَئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ الْمُهْتَدِينَ

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta mereka tetap mendirikan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At-Taubah : 17-18).

عن بن عمر قال كانت امرأة لعمر تشهد صلاة الصبح والعشاء في الجماعة في المسجد فقيل لها لم تخرجين وقد تعلمين أن عمر يكره ذلك ويغار قالت وما يمنعه أن ينهاني قال يمنعه قول رسول الله صلى الله عليه وسلم لا تمنعوا إماء الله مساجد الله

Dari Abdullah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma ia berkata : “Salah seorang istri ‘Umar bin Al-Khaththab radliyallaahu ‘anhu biasa menghadiri shalat ‘isya’ dan shbuh berjama’ah di masjid. Ada yang berkata kepadanya : ‘Mengapa Anda keluar, bukankah Anda tahu bahwa ‘Umar tidak menyukai hal ini dan pencemburu ?’. Ia menjawab : ‘Apa yang menghalanginya untuk melarangku adalah sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Janganlah kalian melarang kaum wanita pergi ke masjid” (HR. Bukhari no. 858 dan Muslim no. 442. Lafadh ini milik Bukhari).

Rumah Lebih Afdlal bagi Kaum Wanita daripada Masjid untuk Melaksanakan Shalat

عن بن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا تمنعوا نساءكم المساجد وبيوتهن خير لهن

Dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma ia berkata : “Janganlah kalian melarang kaum wanita pergi ke masjid; akan tetapi shalat di rumah adalah lebih baik bagi mereka” (HR. Abu Dawud no. 567, Ibnu Khuzaimah no. 1683, Al-Hakim no. 755 dan yang lainnya; shahih lighairihi).

Keluarnya Wanita ke Masjid untuk Shalat Setidaknya Memenuhi Beberapa Syarat Berikut :

   Tidak Memakai Wangi-Wangian

عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لا تمنعوا إماء الله مساجد الله ولكن ليخرجن وهن تفلات

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Janganlah kalian melarang kaum wanita ke masjid, dan hendaklah mereka keluar tanpa memakai wangi-wangian” (HR. Abu Dawud no. 565; Ahmad 2/438,475,528; Ibnul-Jarud no. 169; Ibnu Khuzaimah no. 1679, dan lain-lain; shahih lighairihi).

   Tidak Menimbulkan Fitnah

عن يحيى وهو بن سعيد عن عمرة بنت عبد الرحمن أنها سمعت عائشة زوج النبي صلى الله عليه وسلم تقول لو أن رسول الله صلى الله عليه وسلم رأى ما أحدث النساء لمنعهن المسجد كما منعت نساء بني إسرائيل قال فقلت لعمرة أنساء بني إسرائيل منعهن المسجد قالت نعم

Dari Yahya bin Sa’id, dari ‘Amrah binti ‘Abdirrahman, bahwasannya ia telah mendengar ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa iastri Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam berkata :”Sekiranya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melihat apa yang dilakukan kaum wanita sekarang, tentu beliau akan melarang mereka pergi ke masjid sebagaimana dilarangnya kaum wanita Bani Israil”. Aku berkata kepada ‘Amrah : “Apakah wanita Bani Israil dilarang pergi ke tempat ibadah mereka ?”. Ia menjawab : “Benar” (HR. Bukhari no.  dan Muslim no. 445. Lafadh ini milik Muslim).

Wallaahu a’lam.

Kiriyapun@, Iseng negok2 myquran.Pak Abul Jauzaa barangkali bisa mengomentari tulisan Ust.Ibn Amin dalam permasalahan ini dimana beliau menguatkan sebaliknya dari yang antum tulis :) Monggo ditengok di  http://ibnamin.com/masjid.htm

Moesafir@, tidak ada larangan bagi wanita shalat berjamaah dimasjid, “bahkan” tidak ada larangan bagi wanita untuk shalat jumat berjamaah di masjid (meskipun shalat jumat berjamaah dimasjid juga tidak diwajibkan bagi wanita)

Abu Al-Jauzaa menjawab:

Wah,…. Dateng-dateng bikin “masalah” ya Pak @kiripayun. Antum salah alamat nanya ke ana nih. Sebelumnya, dari paparan Ustadz Ibnu Amin yang antum berikan – sejauh pemahaman ana – maka beliau mengikuti pandangan Ibnu Hazm (dalam Al-Muhalla), baik dalam penghukuman hadits maupun pengambilan kesimpulan hukum (istinbath) – walau beliau memberikan uraian yang lebih luas lagi. Dan beliau telah berlebih-lebihan dalam pendla’ifan ini hingga berkata : وهذه الأحاديث كلها ضعيفة جداً أو موضوعة، لا يصحّ منها شيءٌ أبداً “Hadits-hadits ini seluruhnya adalah sangat lemah atau palsu (maudlu’. Tidak ada sesuatupun yang membuatnya shahih selamanya”.

Tapi beberapa hal yang bisa ana jawab terkait dengan hal tersebut :

Persoalan keutamaan shalat wanita di rumahnya dibandingkan dengan shalat di masjid sebenarnya telah begitu jelas dari beberapa hadits (selain yang telah ana sebut sebelumnya). Ada beberapa pembahasan hadits yang singkat tapi cukup menarik dalam Shahih Ibnu Khuzaimah (rujukan ana Shahih Ibnu Khuzaimah, Al-Maktab Al-Islamy, tahqiq Dr. Musthafa Al-A’dhamy – Catatan kecil : Dalam kitab tersebut tercermin sikap ketawadluan Dr. Musthafa Al-A’dhamy terhadap Syaikh Al-Albany terhadap hadits-hadits yang beliau ikhtilafkan dengan Syaikh Al-Albani) dimana dalam hadits-hadits ada yang kuat ada pula yang lemah, namun saling menguatkan satu sama lainnya.)

Beberapa diantaranya adalah :

عن عبد الله عن النبي صلى الله عليه وسلم قال صلاة المرأة في بيتها أعظم من صلاتها في حجرتها

Dari Abdullah dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda : “Shalatnya seorang wanita di rumahnya lebih besar (pahalanya) dibandingkan shalatnya di kamarnya” (Shahih Ibnu Khuzaimah nomor 1688). Dalam catatan kaki, pentahqiq menulis : Syaikh Al-Albani berkata : Isnadnya shahih sebagaimana tercantum dalam Shahih Sunan Abi Dawud 579.

عن عبد الله بن سويد الأنصاري عن عمته امرأة أبي حميد الساعدي أنها جاءت النبي صلى الله عليه وسلم فقالت يا رسول الله صلى الله عليه وسلم إني أحب الصلاة معك فقال قد علمت انك تحبين الصلاة معي وصلاتك في بيتك خير من صلاتك في حجرتك وصلاتك في حجرتك خير من صلاتك في دارك وصلاتك في دارك خير من صلاتك في مسجد قومك وصلاتك في مسجد قومك خير من صلاتك في مسجدي………..

Dari Abdullah bin Suwaid Al-Anshary dari bibinya – yaitu istri Abu Humaid As-Sa’idy – bahwasannya ia mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku senang shalat (berjama’ah) bersamamu”. Beliau menjawab : “Sungguh aku telah mengetahui bahwa engkau senang shalat bersamaku. Namun shalatmu di rumahmu (bait) lebih baik daripada shalatmu di kamarmu. Dan shalatmu di kamarmu lebih baik daripada shalatmu di rumahmu (daar). Dan shalatmu di rumahmu lebih baik daripada shalatmu masjid kaummu. Dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik daripada shalatmu di masjidku……. (HR. Ibnu Khuzaimah nomor 1689). Dalam catatan kaki pentahqiq tertulis : Syaikh Al-Albani berkata : Hadits hasan. Fathur-Rabbani 5/198-199 dari jalan Ibnu Wahb.

عن عبد الله عن النبي صلى الله عليه وسلم قال صلاة المرأة في مخدعها أفضل من صلاتها في بيتها وصلاتها في بيتها أفضل من صلاتها في حجرتها

Dari Abdullah dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda : “Shalatnya seorang wanita di makhda’-nya lebih utama daripada shalat di rumahnya. Dan shalat di rumahnya (bait) lebih utama daripada shalat di kamarnya (HR. Ibnu Khuzaimah nomor 1690). Dalam catatan kaki pentahqiq tertulis : …… Syaikh Al-Albani berkata : Telah lalu pembahasannya di hadits nomor 1688.

Keterangan : Makhda’ adalah kamar kecil yang berada di rumah yang besar dan berguna untuk menjaga barang-barang mahal dan berharga.’Afwan nih, ana belum bisa membedakan terjemahan antara baitiki dan daariki. Yang mafhum, al-bait lebih khusus maknanya daripada ad-daar. Wallaahu a’lam. Ada yang bisa bantu ?.

عن عبد الله عن النبي صلى الله عليه وسلم قال إن أحب صلاة تصليها المرأة إلى الله في أشد مكان في بيتها ظلمة

Dari Abdullah dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda : “Sesungguhnya shalat yang paling aku senangi adalah shalatnya seorang wanita kepada Allah di sebuah tempat yang tersembunyi lagi galap di rumahnya” (HR. Ibnu Khuzaimah nomor 1691). Dalam catatan kaki pentahqiq tertulis : Majma’uz-Zawaaid 2/35, dan Al-Haitsami berkata : Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam Al-Kabir, rijal-rijalnya adalah rijal tsiqah. Syaikh Al-Albani berkata : “Hasan dengan hadits setelahnya (yaitu nomor 1692).

أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن أحب صلاة تصليها المرأة الى الله أن تصلي في أشد مكان من بيتها ظلمة

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Sesungguhnya shalat yang paling aku senangi adalah shalatnya seorang wanita kepada Allah di sebuah tempat yang tersembunyi lagi galap di rumahnya” (HR. Ibnu Khuzaimah nomor 1692).Dalam catatan kaki pentahqiq tertulis : Syaikh Al-Albani berkata : “Hasan dengan hadits sebelumnya”. Silakan periksa Faidlul-Qadiir 4/222.

Nah, di sini Ustadz Ibnu Amin melemahkan hadits nomor 1689. Taruhlah hadits tersebut memang benar seperti yang beliau katakan, namun dengan adanya hadits yang lain (yaitu nomor 1688 dan 1690), maka maknanya adalah shahih. Apalagi kedua hadits tersebut (1688 dan 1690) bukanlah hadits dla’if (setidaknya menurut Syaikh Al-Albani dan Dr. Musthafa Al-A’dhamy). Juga, Ustadz Al-Amin mendla’ifkan secara kesendirian hadits nomor 1691. Padahal hal itu dikuatkan oleh hadits setelahnya (1692).

Masih ada hadits lain yang menjelaskan tentang hal ini :

وعن ابن مسعود قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم صلاة المرأة في بيتها أفضل من صلاتها في حجرتها وصلاتها في مخدعها أفضل من صلاتها في بيتها

Dari Ibnu Mas’ud radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Shalatnya seorang wanita di rumahnya lebih utama daripada shalat di kamarnya. Dan shalat di makhda’-nya lebih utama daripada shalat di rumahnya”  (HR. Abu Dawud nomor 566; dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Misykatul-Mashabih halaman 184 – Maktabah Al-Misykah).

Hadits-hadits di atas sama sekali tidak bertentangan dengan dalil-dalil yang menunjukkan keutamaan mengerjakan shalat di masjid masjid seperti :

إِنّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللّهِ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الاَخِرِ وَأَقَامَ الصّلاَةَ وَآتَىَ الزّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلاّ اللّهَ فَعَسَىَ أُوْلَـَئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ الْمُهْتَدِينَ

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta mereka tetap mendirikan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At-Taubah : 17-18).

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال من غدا إلى المسجد أو راح أعد الله له في الجنة نزلا كلما غدا أو راح متفق عليه

Dari Abi Hurairah radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa pergi ke masjid pagi atau petang hari, maka Allah akan menjadikan untuknya hidangan di surga setiap kali ia berangkat pagi atau petang”  (Muttafaqun ‘alaihi; lihat Riyaadlush-Shaalihiin nomor 1060).

عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من تطهر في بيته ثم مشى إلى بيت من بيوت الله ليقضي فريضة من فرائض الله كانت خطوتاه إحداهما تحط خطيئة والأخرى ترفع درجة

Dan darinya (Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu) bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa bersuci di rumahnya kemudian berangkat menuju salah satu masjid Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban kepada Allah, maka langkah-langkahnya, yang satu menghapus dosa dan yang lain mengangkat derajat” (HR. Muslim nomor 666; lihat Riyadlush-Shalihin nomor 1061 dengan sedikit perbedaan lafadh).

Hadits-hadits di atas bersifat umum. Keumuman tersebut tetap berlaku sampai ada hal-hal yang membatasi/mengkhususkannya. Hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan shalatnya wanita di rumah merupakan dalil yang sangat jelas dalam mengkhususkan keumuman tersebut.
Sama halnya seperti pengkhususan keutamaan shalat sunnah yang dilakukan di rumah sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :

عن زيد بن ثابت رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال صلوا أيها الناس في بيوتكم فإن أفضل الصلاة صلاة المرء في بيته إلا المكتوبة متفق عليه

Dari Zaid bin Tsabit radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Shalatlah kalian di rumah-rumah kalian, karena sesungguhnya shalat yang paling utama  adalah shalatnya seseorang di rumahnya kecuali shalat maktubah (shalat wajib)”  (Muttafaqun ‘alaih; lihat Riyaadlush-Shaalihiin nomor 1135).

Hadits lain yang menguatkan tentang keutaman shalatnya wanita di rumahnya dibandingkan di masjid adalah :

عن أم سلمة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم انه قال خير مساجد النساء قعر بيوتهن

Dari Ummi Salamah radliyallaahu ‘anhaa, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bahwasannya beliau bersabda : “Sebaik-baik masjid bagi wanita adalah di dalam rumah-rumah mereka”  (HR. Ahmad nomor 26584; di dalam sanadnya ada kedla’ifan).

عن بن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا تمنعوا نساءكم المساجد وبيوتهن خير لهن

Dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma ia berkata : “Janganlah kalian melarang kaum wanita pergi ke masjid; akan tetapi shalat di rumah adalah lebih baik bagi mereka” (HR. Abu Dawud no. 567, Ibnu Khuzaimah no. 1683, Al-Hakim no. 755 dan yang lainnya; shahih lighairihi. Penshahihan ini ana dapatkan dari Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly dan Syaikh Musthafa Al-‘Adawy).

Asy-Syaukani ketika mengomentari hadits di atas berkata :

أَيْ صَلَاتُهُنَّ فِي بُيُوتِهِنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ مِنْ صَلَاتِهِنَّ فِي الْمَسَاجِدِ لَوْ عَلِمْنَ ذَلِكَ ، لَكِنَّهُنَّ لَمْ يَعْلَمْنَ فَيَسْأَلْنَ الْخُرُوجَ إلَى الْجَمَاعَةِ يَعْتَقِدْنَ أَنَّ أَجْرَهُنَّ فِي الْمَسَاجِدِ أَكْثَرَ . وَوَجْهُ كَوْنِ صَلَاتِهِنَّ فِي الْبُيُوتِ أَفْضَلَ : الْأَمْنُ مِنْ الْفِتْنَةِ ، وَيَتَأَكَّدُ ذَلِكَ بَعْدَ وُجُودِ مَا أَحْدَثَ النِّسَاءُ مِنْ التَّبَرُّجِ وَالزِّينَةِ ، وَمِنْ ثَمَّ قَالَتْ عَائِشَةُ مَا قَالَتْ .

“Shalat mereka (wanita) di rumahnya adalah lebih baik dan utama daripada shalat di masjid jika mereka mengetahui yang demikian. Akan tetapi, karena mereka tidak mengetahuinya, mereka meminta ijin untuk keluar berjama’ah. Mereka berkeyakinan bahwa pahala shalat di masjid lebih banyak. Keutamaan yang lainnya adalah bahwa shalat-shalat mereka di rumahnya lebih aman dari fitnah. Yang menekankan demikian ini karena adanya perbuatan yang diadakan oleh wanita seperti tabarruj (berdandan) atau bersolek, sebagaimana yang telah dikatakan ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa” (Nailul-Authaar juz 3 halaman 131 melalui Jamii’ li Ahkaamin-Nisaa’ oleh Musthafa Al-‘Adawi juz 1 halaman 293 – atau Nailul-Authar juz 1 halaman 530 syarah hadits nomor 1036-1037 Maktabah Al-Misykah).

Perkataan yang sama juga ternukil dari Imam An-Nawawi dalam Aunul-Ma’bud (Kitaabush-Shalaah halaman 121 – Maktabah Al-Misykah).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : Rumah-rumah mereka lebih utama bagi mereka. Hadits ini memberikan pengertian bahwa shalat wanita di rumahnya lebioh utama. Jika mereka (para wanita) berkata : “Aku ingin shalat di masjid agar mendapat dapat berjama’ah”. Maka akan aku katakan : “Sesungguhnya shalatmu di rumahmu itu lebih utama dan lebih baik. Hal itu dikarenakan seorang wanita akan terjauh dari ikhtilath bersama laki-laki lain, sehingga akan dapat menjauhkannya dari fitnah” (Majmu’ah Durusu Fatawa 2/274).

Ada pendapat lain yang mengatakan kebalikan dari pernyataan di atas, yaitu sebagaimana yang ternukil dari Ibnu Hazm dalam Al-Muhalla. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam Jami’ li-Ahkaamin-Nisaa’ telah menjelaskan bahwa Ibnu Hazm telah tersalah dalam penulisan hadits, dimana seharusnya berbunyi : [صلاة المرأة في بيتها أفضل من صلاتها في حجرتها وصلاتها في مخدعها أفضل من صلاتها في بيتها], di dalam Al-Muhalla (3/138) menjadi [صلاة المرأة في بيتها أفضل من صلاتها في حجرتها وصلاتها في مسجدها أفضل من صلاتها في بيتها] – (lihat pembahasan selengkapnya dalam Jami’ li-Ahkaamin-Nisaa’ juz 1 halaman 294).

Pendapat Ibnu Hazm ini adalah pendapat yang menyendiri yang berawal dari pendla’ifan hadits-hadits tentang keutamaan shalat di rumah dibandingkan di masjid bagi wanita. Dan keadaan haditsnya adalah sebagaimana yang ada di atas. Ada yang shahih, ada yang hasan, adapula yang dla’if. Dan ana lebih cenderung mengambil takhrij hadits di atas dibandingkan takhrij hadits Ustadz Muhammad Al-Amin (dimana beliau tidak menggabungkan beberapa thuruq menjadi satu kesimpulan hukum).

Kemudian, mungkin akan timbul pertanyaan : Bagaimana hubungannya dengan keutamaan shalat berjama’ah di masjid ? Apakah shalat di rumah secara munfarid (sendirian) tetap lebih utama dibandingkan shalat berjama’ah di masjid ?

Maka dalam hal ini, ana lebih cenderung mengambil pendapat yang dikemukakan oleh Syaikh Musthafa Al-‘Adawi (yang juga serupa dengan pendapat Ibnu Hazm) dimana beliau memberikan perincian sebagai berikut :

1.   Shalat wanita dengan berjama’ah di masjid lebih utama daripada shalatnya sendirian di masjid.
2.   Shalat wanita dengan berjama’ah di rumahnya lebih utama daripada shalat sendirian di rumahnya.

Hal itu sesuai dengan keumuman hadits : “Shalat berjama’ah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 27 derajat”. Demikian juga dengan shalat jama’ah wanita di rumahnya, sebagaimana terdapat kisah Anas shalat bersama Rasulullah dengan seorang wanita di belakangnya. Juga sebagaimana telah tsabit istri-istri beliau yang shalat berjama’ah di rumah mereka. Kalau tidak terdapat keutamaan, tentu hal itu tidak akan dilaksanakan oleh mereka.

Oleh karena itu, harus kita katakan bahwa shalat wanita di rumahnya secara sendiri tetap lebih utama daripada shalat berjama’ah di masjid. Hal ini karena keumuman sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Shalat wanita di rumahnya lebih baik daripada shalatnya di masjid”. [Jami’ li-Ahkaamin-Nisaa’ jilid 1 halaman 370-371 secara ringkas).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ketika menjelaskan keutamaan shalat rumah tentu mengetahui bahwa shalat di rumah bagi wanita biasanya dilakukan secara sendirian (walaupun bisa juga dilakukan secara berjama’ah). Maka, keutamaan itu berlaku pada shalat sendirian, apalagi dengan berjama’ah. Dan bila wanita tersebut bisa berjama’ah di rumah, maka hal ini lebih baik; sebagaimana telah tsabit dalam beberapa atsar. Wallaahu a’lam.

Sumber: http://myquran.org

Leave a comment